|
Percobaan pemeliharaan benih rajungan hasii budidaya
Pemeliharaan benih rajungan secara "single rearing" yang dimulai dan tingkat perkembangan anak kepiting III dilakukan pada bak-bak berukuran 50 x 80 x 30 cm2 (tinggi air 20 cm) dengan isi 31 anak kepiting/bak. Pakan yang diberikan berupa pelet yang diganti tiap hah. Permmbuhan anak kepiting diukur dan cangkang yang lepas pada peristiwa molting. Pergantian air mula-mula dilakukan tiga kali sehari. Apabila terjadi kematian sam atau lebih anal kepiting maka pergantian air ditingkatkan menjadi erapat kali, kemudian lima kali sehari. Suhu air diatur 31C dan salinitas 32 % (31 - 33 %). Berat tubuh anak kepiting ditimbang daft yang mati maupun yang hidup pada akhir pemeliharaan. Pemeliharaan benih rajungan secara "mass rearing" dilakukan pada bak-bak berdasar pasir di laboratorium basah. Ukuran dasar bak 50 x 80 cm2 (tinggi air 20 cm). Kepadatan benih yang diujikan adalah 140, 100, 60 dan 135 anak kepiting III per bak. Pakan berupa pelet diberikan secara berlebihan pada bagian tengah bak. Sisa pakan di "siphon" setiap hari, kemudian diganti yang baru. Pergantian air laut dilakukan dalam waktu bersamaan dengan cara pemeliharaan satu demi sam pada suhu 27-28øC dan salinitas 32 % (31-33%).HASIL DAN DISKUSI
Pemeliharaan burayak rajungan di laboratorium dimaksudkan untuk melihat hasil pengaturan kepadatan dan pemberian ransum makanan bagi setiap tingkat perkembangan burayak rajungan. Pengamran kepadatan burayak rajungan dalam suatu volume air pemeliharaan tergantung pada tersedianya hewan uji yang sehat dan mutu air pemeliharaan yang memenuhi syarat bagi kehidupan hewan uji tersebut. Sedangkan ransum makanan yang diberikan harus dapat memenuhi kebumhan nutrisi burayak dan tidak menyebabkan penurunan mutu air dengan cepat. Keberhasilan percobaan ini didasarkan pada nilai kelulushidupan biota uji (Tabel 2), produksi megalopa (Gambar 1) dan produksi anak kepiting I (Tabel 3).
Tabel 3. Produksi anak kepiting (AK) I pada percobaan pemeliharaan megalopa rajungan, Portunus pelagicus.
SUMBER | PERLAKUAN | KELULUS-HIDUPAN | ||
pakan/2 L/hari | kepadatan/2 L | individu/L | persentase | |
JUWANA 1995 | 10.000 Ao + | (a) 20 Megalopa | (1) 2,17 AK 1 | 21,7 % |
0,4 G + | (b) 30 Megalopa | (2) 2,50 AK 1 | 16,6 % | |
1,0 M | (c) 40 Megalopa | (3) 3,67 AK 1 | 18,4 % | |
PERCOBAAN II | 40.000 AI + | (a) 12 Megalopa | 3,5 - 4,3 AK I | 63,8 % |
0,4 G + | (b) 16 Megalopa | 3,2 - 4,8 AK 1 | 53,3 % | |
1,0 M | (c) 20 Megalopa | 4,3 - 5,0 AK I | 46,7 % | |
Keterangan:
AK = Anak kepiting
0,4 G = 0,4 gram cacahan kerang hijau (green mussel
)
1,0 M = 1,0 gram rebon (mysids)
Peranan pakan buatan pada pemeliharaan zoea II - anak kepiting I
Kondisi lingkungan selama percobaan I, II, III dan IV stabil, yaitu salinitas 32 %; suhu 27,5 - 28øC; pH 8,1 - 8,5; dan DO 6,3 - 6,8 ppm.
Percobaan I, yang dimulai dari pemeliharaan zoea IV sampai megalopa, menunjukkan bahwa produksi megalopa selalu lebih tinggi pada budidaya dengan pakan nauplii Artemia yang diperkaya dengan pakan buatan berbentuk tepung, L-GIMI VL - LIPI-1994 (AL), daripada budidaya yang diberi nauplii Artemia yang baru menetas (Ao), atau yang diperkaya dengan MFPJ (AJ) (Gambar 1). Sementara itu, peningkatan padat penebaran awal dari 30; 50 sampai 70 zoea IV per dua liter air laut pemeliharaan, menunjukkan peningkatan produksi megalopa pada kepadatan yang lebih tinggi (Gambar 1 ). Hal ini menunjukkan bahwa padat penebaran zoea IV sebesar 35 individu per liter belum merupakan kepadatan optimum.
Gambar 1. Nilai kelulus-hidupan pemeliharaan burayak rajungan, Portunus pelagicus, dinyatakan dalam individu per liter.
KETERANGAN:
Percobaan I Produksi megalopa daft pemeliharaan zoea IV sampai megalopa (6 - 8 September 1994).
Percobaan II Produksi crab 1 dan pemeliharaan megalopa sampai anak kepiting I (9 - 12 September 1994).
Percobaan IIIa Kelulus-hidupan burayak daft pemeliharaan zoea 11 sampai megalopa (20 - 28 September 1994).
Percobaan IIIb Produksi megalopa dan pemeliharaan zoea 1I sampai megalopa (20 - 28 September 1994).
Percobaan IVa Kelulus-hidupan burayak daft pemeliharaan zoea 11I sampai megalopa (25 - 28 September 1994).
Percobaan IVb Produksi megalopa dan pemeliharaan zoea III sampai megalopa (25 - 28 September 1994).
a, b, dan c Perlakuan padat penebaran awal pada masing-masing percobaan (lihat Tabel 2).
Pakan 1,2 & 3 Perlakuan pemberian pakan pada masing-masing percobaan, (lihat Tabel 2).
Beberapa percobaan pemeliharaan megalopa yang telah dilakukan bermrut-turut pada tahun 1994 menunjukkan bahwa megalopa tetap memerlukan nauplii Artemia. Apabila hasil-hasil tersebut ditinjau kembali (Tabel 3), maka nampak bahwa pada percobaan II diperoleh peningkatan produksi anak kepiting I dengan kisaran 3,2 - 5,0 ekor per liter. Tabel 3 juga menunjukkan bahwa produksi anak kepiting I tertinggi selalu diperoleh daft budidaya dengan padat penebaran awal megalopa tertinggi, apabila dinyatakan dalam individu per liter. Tetapi bila dinyatakan dalam persentase, maka budidaya dengan padat penebaran awal terendah akan mempunyai persentase produksi tertinggi. Jadi hasil anak kepiting I yang terbaik daft penelitian tahun 1994 ini adalah budidaya yang merapunyai padat penebaran awal 20 megalopa per liter, dengan pakan 10.000 nauplii Artemia + 0,4 G + 1,0 M per liter per haft.
Selanjutnya, pada percobaan III, nauplii Artemia yang diperkaya mulai diberikan pada tingkat zoea yang lebih awal. Hasilnya menunjukkan bahwa produksi megalopa yang diperoleh dari budidaya dengan (AL) lebih tinggi danpada budidaya dengan (A J) atau (Ao) (Gambar 1 ). Penelitian ini menunjukkan bahwa zoea Il rajungan dapat menerima nauplii Artemia yang. diperkaya dengan pakan buatan, yang mempunyai ukuran relatif lebih besar (lebar O, 117 - 0,190 mm; panjang 0,551 - 0,760 mm) daripada ukuran nauplii Artemia yang ban menetas (lebar 0,117 - 0,760 mm; panjang 0,333 - O, 432 mm). Keadaan ini lebih menguntungkan bagi budidaya rajungan karena kualitas air lebih terjaga, bila dibandingkan dengan cara peningkatan nilai nutrisi nauplii Artemia menggunakan minyak hewani. Cara terakhir ini mengandung resiko, yaitu apabila pencucian nauplii kurang bersih sebelum dimasukkan ke bak budidaya, maka akan terjadi lapisan minyak yang menutupi permukaan atau tersuspensi dalam air laut pemeliharaan. Keadaan ini akan menghambat pernafasan hewan yang dibudidayakan (SORGELOOS & LEGER 1992).
Produksi megalopa pada percobaan III relatif kecil dibandingkan dengan produksi megalopa pada percobaan I. Misalnya dengan kepadatan awal 70 zoea IV/21, dalam percobaan I, dapat diperoleh megalopa 10,8 - 16,0 indvidu/l. Sebaliknya dengan kepadatan awal 60 zoea 11/21, dalam percobaan III, hanya diperoleh megalopa 2,0 - 6,5 individu/l. Hal ini rnenunjukkan bahwa kondisi biota uji yang digunakan dalam percobaan I lebih baik daripada zoea II yang digunakan dalam percobaan III.
Kernudian pada perneliharaan zoea III sampai megalopa (percobaan IV) terlihat bahwa produksi megalopa tertinggi diperoleh daft budidaya yang menerama nauplii Artemia yang baru menetas. Hal ini menunjukkan telah terjadi penurunan nilai nutrisi daft pakan buatan yang disiapkan pada tanggill 1 September 1994 dan disimpan dalam refrigerator; sedangkan bahan-bahan utama penyusun palcan terebut telah disimpan dalam keadaan kering di suhu ruang selama tiga bulan. Idealnya suatu pakan buatan atau pakan siap pakai tidak disimpan di refrigerator unmk memudahkan pemasaran. Cara tersebut tidak menjamin stabilitas mum pakan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa tehnik uji peranan pakan buatan yang diterapkan di sini selain dapat digunakan unmk studi nutrisi bagi setiap tingkat perkembangan burayak rajungan, juga dapat digunakan unmk menenmkan saat kadaluwarsa suatu bahan utama penyusun pakan maupun formulasi pakan yang disediakan.
Peranan pakan buatan pada pembesaran benih rajungan
Karena terjadi kematian masal (64 anak kepiting) maka pembesaran benih rajungan secara "single rearing" dihentikan pada haft ke-15 setelah tebar (atau umur 36 haft apabila dihimng daft haft tetas), sedanngkan pemeliharan secara "mass rearing" dihentikan pada haft ke-20 setelah tebar. Hasil kelulushidupan dan komposisi anak kepiting pada setiap bak (berukuran 50 x 80 x 20 cm3) dapat dilihat pada Gambar 2. Nampak bahwa pembesaran benih rajungan dengan kedua cara tersebut mempunyai hasil yang tidak jauh berbeda. Ketika dihentikan, yang masih hidup pada pemeliharaan secara "single rearing" adalah 22, 28, 26 dan 16 anak kepiting V-V! per bak (rata-rata 23 per bak). Sementara itu, hasil uji tebar pada media dasar pasir menunjukkan bahwa jumlah individu per bak adalah 19, 20, 25 dan 21 anak kepiting V-VIII (rata-rata 21 per bak). Mortalitas pada pemeliharaan benih rajungan secara masal ini mungkin disebabkan oleh kanibalisme.
Nampak pada pemeliharaan benih rajungan bahwa anak kepiting mau memakan pakan buatan berbentuk pelet yang disediakan (J-GIMIVL-LIPI1994). Tetapi pelet tersebut menjadi berjamur pada perendaman semalam, sehingga zat pengawet (anti jamur) perlu ditambahkan. Kelulus-hidupan anak kepiting yang dipelihara baik secara "single rearing" maupun "mass rearing" mengikuti pola jumlah individu per luas area dasar (volume) bak pemeliharaan. Ini berarti bahwa apabila anak kepiting dipelihara lebih lanjut secara masal, maka nilai kelulus-hidupan terus berkurang sejalan dengan permmbuhannya. Jadi untuk memperoleh data penumbuhan individual anak kepiting lebih dan 15 haft, perlu digunakan cara pemeliharaan "single rearing" dengan sistem air laut mengalir, atau minimal menggunakan sistem sirkulasi air laut dengan volume tandon air laut yang cukup.
Gambar 2. Nilai kelulus-hidupan pada pembesaran benih rajungan Portunus pelagicus, dinyatakan dalam individu (anak kepiting) per bak (volume 50 x 80 x 20 cm3).
Pertumbuhan anak kepiting rajungan tampaknya dipengamhi oleh pakan yang diberikan, kondisi lingkungan pemeliharaan dan sistem budidaya yang diterapkan. Hal ini terlihat daft adanya perbedaan bila dibandingkan dengan hasil penelitian PANGGABEAN (1986) (Tabel 4) yang menggunakan cacahan daging kerang sebagai pakan; sedangkan kondisi lingkungan yang dicatat adalah salinitas 33 - 34 % dan suhu air 25 - 29C. Pada penelitian ini suhu air diatur berkisar sekitar 31C, sedangkan salinitasnya 31 - 33 %. Pada suhu air yang lebih tinggi, pemberian pakan ini tampaknya mempercepat waktu molting, sehingga dalam wakm 36 hari dihimng daft haft penetasan telah dijumpai anak kepiting V sampai VII. Pada Tabel 4 terlihat bahwa pertambahan lebar karapas makin meningkat dibandingkan dengan pertambahan panjang karapas, sehinggah@ nn ÈzB