search
for
 About Bioline  All Journals  Testimonials  Membership  News


Oseanologie dan Limnologie di Indonesia
LIPI, Indonesia

Num. 29, 1996, pp. 29-39

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 1996 No. 29:29- 39

ISSN 0125 - 9830

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KELIMPAHAN POMACENTRIDAE

DI TERUMBU KARANG PERAIRAN SELAT SUNDA

oleh

SASANTI R. SUHARTI

Balitbang Biologi Laut, Puslitbang Oseanologi-LIPl, Jakarta.

Code Number:LI96003
Sizes of Files:
      Text: 22K
      Graphics: Line drawings (gif) - 36K
      Photograph (jpg) - 48K

ABSTRAK

Sebanyak 54 jenis ikan pomacentrid yang terdiri dan 14 marga ditemukan di kedalaman 3 dan 10 m di 15 stasiun yang berbeda di perairan P. Peucang dan P. Panaitan dengan menggunakan metode sensus visual pada bulan April 1987 - Desember 1988. Dari jurnlah tersebut, 45 jenis berasal dari kedalaman 3 m dan 40 jenis berasal dari kedalaman 10 m. Pada masing-masing kedalaman dijumpai delapan jenis yang mempakan jenis dominan. Pomacentrus bankanensis rnerupakan jenis dominan di kedalaman 3 m sedangkan di kedalaman 10 m ditempati oleh Dascyllus aruanus. Kelimpahan tertinggi dijumpai di stasiun UK 15 baik pada kedalaman 3 m maupun 10 m, masing-masing dengan 405,66 individu/500 m2 dan 401,65 individu/500 m. Analisis statistik menunjukkan bahwa jumlah individu dan kekayaan jenis antar stasiun rnenunjukkan perbedaan yang nyata. Sedangkan antar kedalaman hanya jumlah individu saja yang menunjukkan perbedaan nyata. Analisis regresi menunjukkan bahwa pada kedalaman 3 m, juralab individu berkorelasi positif dengan karang bercabang, dan sebagian besar tingkat tropik berkorelasi tinggi terhadap persentase tutupan substrat. Keanekaragaman jenis pada kedalaman 10 m berkorelasi sangat tinggi dan positif dengan persentase tutupan substrat.

ABSTRACT

SPECIES DIVERSITY AND ABUNDANCE OF POMACENTRIDAE IN THE CORAL REEF OF THE SUNDA STRAIT. Visual census from April 1987 to December 1988 at 15 different stations in Peucang and Panaitan waters (Sunda strait), the depth of which ranged from 3 m to 10 m, recorded 54 species (14 genera) of pomacentrid fishes. Of the recorded fishes, 45 species were collected from 3 m depth and 40 species were collected from 10 m depth. Eight species were found dominant for both depths. The most dominant species in the 3 m depth was Pomacentrus bankanensis, while that in the 10 m depth was Dascylus aruanus. The highest abundance was found at station 15 for both the 3 m and the 10 tn depths. reaching 405.66 individuals/500 m2 and 401.65 individuals/500 m2 respectively. Statistical analysis using ANOVA indicated that there were significant differences between both number of individuals and species diversity among stations. In term of depth, however, only the number of individuals was significantly different. Regression analysis indicated that number of individuals at 3 m depth was positively correlated with percentage of substrate. In the 10 m depth, on the other hand, a high correlation was suggested between species diversity and substrate percentage.

PENDAHULUAN

Selat Sunda yang menghubungkan laut Jawa di sebelah utara dan Samudera Hindia di sebelah selatan, memiliki perairan karang yang cukup luas dengan kehidupan biotanya yang cukup subur. Namun publikasi mengenai kehidupan ikan-ikan karang dari perairan ini masih sangat langka.

Di antara ikan karang yang dijumpai di terumbu karang perairan tropis, Pomacentridae atau biasa dikenal dengan nama damselfishes merupakan salah satu suku ikan karang yang cukup menonjol. Ikan ini menempati hampir setiap tempat dalam benink yang bervariasi di terumbu karang. Sebagian besar ikan dalam suku ini dikenal sebagai ikan yang bersifat teritorial, spasial dan relatif stabil (MONTGOMERY et al. 1980), dijumpai mulai dari daerah pasang surut sampai dengan kedalaman 40 m, dan mendiami habitat yang bervariasi (FISHELSON et al. 1974; ALLEN 1975). Biasanya ikan ini hidup berasosiasi dengan karang, dengan substrat yang berbatu, berpasir atau berlumpur (ALLEN 1975; RANDALL 1983).

Indonesia memiliki perairan karang yang sangat luas yang dihuni berbagai biota karang, termasuk ikan-ikan Pomacentridae. Namun informasi mengenai populasi ikan Pomacentridae dari Indonesia masih sangat terbatas. Penelitian keanekaragaman jenis suku Pomacentridae di Pulau (P.) Peucang dan Pulau (P.) Panaitan ini diharapkan dapat membantu meningkatkan informasi mengenai ikan ini di Indonesia.

Tujuan dari penelitian ini unmk melihat keanekaragaman jenis dan kelimpahan ikan pomacentrid di perairan terumbu karang Selat Sunda.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan di dua kedalaman yang berbeda, yakni 3 dan 10 m, pada 15 1okasi di P. Peucang dan P. Panaimn, perairan Selat Sunda, pada bulan April 1987 sampai dengan Desember 1988 (Gambar 1). Lokasi sensus dan kode stasiun dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Metode yang digunakan adalah sensus visual menyusur garis transek sepanjang 50 m dengan jarak pandang sejauh 5 m ke kiri dan kanan garis transek. Daerah pengamatan meliputi area seluas 500 m=. Setiap 1okasi sensus dilakukan tiga kali ulangan. Semua jenis ikan pomacentrid dalam garis transek dicatat dan dihitung. Pengamatan ini seluruhnya dilakukan sambil menyelam dengan peralatan Scuba.

    Gambar 1. Peta 1okasi penelitian di Ujung Kulon. UK menunjukkan nomer stasiun daerah sensus.

TABEL 1. Daftar lokasi sensus pada kedalaman 3 m dan 10 m serta kode-kodenya

KodeLokasiT i p e
UK01Peucang I, P. PeucangTerumbu yang terlindung
UK02Peucang II, P. PeucangTerumbu yang tak terlindung
UK03Peucang III, P. PeucangTerumbu yang tak terlindung
UK04P. Panaitan 1Terumbu yang terlindung
UK05P. Panaitan 2Terumbu yang terlindung
UK06P. Panaitan 3Terumbu yang terlindung
UK07Tg. Haji Utara - Teluk Kadam, P. PanaitanTerumbu yang tak terlindung
UK08Tg. Batu Asin. P. PanaitanTerumbu yang tak terlindung
UK09Tg. Batu Kantor, P. PanaitanTerumbu yang tak terlindung
UK10Tl. Haji Selatan, P. PanaitanTerumbu yang tak terlindung
UK 11Bagian Barat Tg. Batu Asin, P. PanaitanTerumbu yang tak terlindung
UK12Tg. Batu Kantor Timur, P. PanaitanTerumbu yang tak terlindung
UK13Teluk Lintah, P. PanaitanTerumbu yang tak terlindung
UK14Citambuyung, P. PanaitanTerumbu yang tak terlindung
UK15Pamagaran, P. PanaitanTerumbu yang tak terlindung

Keterangan: P = Pulau Tg = Tanjung TI = Teluk

Terumbu yang terlindung (back reef) Terumbu yang tak terlindung (front reef)

Analisis sidik ragam (ANOVA) digunakan unmk melihat keanekaragaman jenis dan kelimpahan di antara 1okasi dan kedalaman (SOKAL & ROHLF 1969). Bilamana ANOVA menunjukkan perbedaan, maka dilanjutkan dengan uji perbandingan berganda dan Tukey unmk menentukan pasangan nilai tengah yang mana saja yang berbeda pada tingkat peluang 0,05 (STEEL & TORRIE 1960).

Pengelompokan ikan-ikan ke dalam tingkat trofik mengikuti HIATr & STRASBURG (1960), ALLEN (1975) dan RANDALL (1983), yang membagi ikan dalam lima kategori yaitu pemakan plankton, pemakan alga, omnivora, pemakan karang lunak dan pemakan bentik.

Analisa regresi digunakan unmk melihat hubungan antara kekayaan jenis, kelimpahan, dan tingkat trofik dengan persentase substrat. Data persentase substrat di dapat dengan metode 'line transect' (life form) diperoleh daft bagjan koralia Puslitbang Oseanologi-LIPI (Hermanlimianto, komunikasi pribadi).

HASIL

Dan sensus visual ini diperoleh 54 jenis ikan Pomacentridae daft 14 marga. Empat puluh lima jenis di antaranya didapatkan daft kedalaman 3 m, sedangkan dari kedalaman 10 m didapatkan 40 jenis ikan. Daft ke 14 marga yang diperoleh, Pomacentrus merupakan marga yang paling dominan, baik dari kedalaman 3 m (tujuh jenis) maupun 10 m (13 jenis).

Kepadatan total tertinggi ikan pomacentrid pada area seluas 500 m2 dari 15 1okasi pengamatan diperoleh daft stasiun UK15, baik dari kedalaman 3 m maupun 10 m, dengan kepadatan bermrut-mrut 405,66 ekor/500 m2 dan 401 ekor/500 m2. Dalam hal kekayaan jenis, stasiun UK15 menempati urutan teratas dengan jenis tertinggi pada kedalaman 3 m yang ditempati oleh Chromis caerulea (86,67 ekor/500 m2) dan pada kedalaman 10 m, Dascyllus aruanus merupakan spesies yang dominan (161 ekor/500 m2).

Dari studi ini dijumpai delapan jenis ikan dominan baik dari kedalaman 3 m maupun kedalaman 10 m (Tabel 2). Kelimpahan tertinggi daft jenis dominan di kedalaman 3 m diduduki oleh Pomacentrus bankanensis (10,08 %) dengan nilai kehadiran 86,67 %, sedangkan di kedalaman 10 m ditempati oleh Dascyllus aruanus (19,50 %) dengan nilai kehadiran 40 %.

TABEL 2A: Kelimpahan dan kehadiran delapan jenis ikan pomacentrid yang dominan dari total jenis pada kedalaman 3 m (45 jenis, 5129 individu)

J e n isJumlah individuKelimpahan (%)Kehadiran (%)
1. Pomacentrus bankanensis51710,0886,67
2. P. albicaudatus4478,7153.33
3. Chromis margaritifer3186,2073,33
4. Amblyglyphidodon curacao3126,0846,67
5. Chromis viridis3106,0420,00
6. Dascyllus aruanus2695,2426,67
7. Abudefduf saxatilis2585,0353,33
8. Pomacentrus moluccensis1913,7233,33

TABEL 2B: Kelimpahan dan kehadiran delapan jenis ikan pomacentrid yang dominan dari total jenis pada kedalaman 3 m (40 jenis, 5804 individu)

J e n isJumlah individuKelimpahan ( % )Kehadiran (%)
1. Dascyllus aruanus113219,5040,00
2. Pomacentrus amboinensis103017,7560,00
3. Chromis margaritifer3265,6273,33
4. Dascyllus reticulatus3215,5360,00
5. Chromis lepidolepis3045,2340,00
6. Pomacentrus moluccensis3025,2053,33
7. Plectroglyphidodon dickii13 52,3 33 3,3 3
8. Pomachromis richardsoni270,4626,67

Hasil analisis statistik memperlihatkan adanya perbedaan yang nyata antara jumlah individu dan kekayaan jenis di antara stasiun (Tabel 3). Jumlah individu dan kekayaan jenis tertinggi masing-masing didapatkan di stasiun UK15 dengan jumlah ikan 407, 83 ekor dan stasiun UKO1 dengan jumlah jenis 14,66. Sedangkan jumlah individu dan kekayaan jenis terendah masing-masing didapatkan di stasiun UK07 dan stasiun UK06 (Gambar 2). Antar kedalaman, hanya jumlah individu yang memperlihatkan perbedaan yang nyata. Jumlah individu tertinggi didapatkan di kedalaman 10 m (5804 ekor). Berdasarkan tingkat trofik dari ikan-ikan Pomacentridae di perairan Selat Sunda, untuk kedalaman 3 m, tingkat trofik tertinggi ditempati oleh pemakan plankton (54,28 %), diikuti berturut-turut oleh pemakan alga (31,99 %), pemakan bentik (8,83 %), omnivora (2,05 %), pemakan karang lunak (0,55 %) dan pemakan organisme dasar (0,36 %).

Hasil analisis regresi yang dilakukan terhadap jumlah individu, kekayaan jenis, dan persentase substrat dapat dilihat pada Tabel 4A (kedalaman 3 m) dan Tabel 4B (kedalaman 10 m). Dari tabel tersebut terlihat bahwa pada kedalaman 3 m hanya sebagian kecil peubah bebas yang berkorelasi dengan peubah terikat, demikian pula pada kedalaman 10 m.

    Gambar 2: Perbandingan berganda (Tukey) untuk nilai tengah jumlah individu atau jumlah spesies antar stasiun (St)

Keterangan:
Yi: jumlah rata-rata individu atau spesies
Garis putus-putus menunjukkan tidak ada perbedaan nilai tengah jumlah individu atau jumlah spesies antar stasiun (St) yang nyata.

TABEL 3

SumberJumlah kwadrat dbKwadrat tengah F hitung
Kedalaman1,65511,6555,536 **
Stasiun46,095143,29211,01 3 **
Error 21,227710,299
SumberJumlah kwadratdbKwadrat tengah F hitung
Kedalaman0,21510,2151,900 tn
Stasiun9,432140,6745,957 **
Error8,030710,113

Keterangan :tn :tidak nyata
** :nyata pada taraf 0.05
F tabel :F0,05(1,71) = 3,98
F0,05 (14,71) < 1,97

Tabel 4A. Koefisien determinasi (r2) dari hasil analisis regresi linear antara keanekaragaman jenis, jumlah individu, spesies yang dominan, dan tingkat trofik (Y) dengan persentase substrat (X) pada kedalaman 3 m

Y / XMakroalgaTurf algaePasirKarang bercabangKarang masif
Sp. dominan0.02tn0,01 tn0.00 tn0,10 tn0,10 tn
D. aruanus0,06 tn0,08 tn0,01 tn0,60 ** tn(+)0,25 tn
Pemakan alga0,02 tn0,70 **tn(-)0,04 tn0,06 tn0,04 tn
Pemakan plankton0,00 tn0,10 tn0,03 tn0,24 tn0,31* (+)
Pemakan bentik0,50 ** tn(+)0,05 tn0,02 tn0,06 tn,0,10 tn
Omnivora0,01 tn0,01 tn0,00 tn0,13 tn0,10 tn
Karang lunak0,02 tn0,31 * (-)0,04 tn0,19 tn0,10 tn
Keanekaragaman jenis0,02 tn0,05 tn0,00 tn0,01 tn0,07tn
Jml individu0,00tn0,12 tn0,01 tn0,38*tn (+)0,16 tn

Tabel 4B. Koefisien determinasi (r2) dari hasil analisis regresi linear antara keanekaragaman jenis, jumlah individu, spesies yang dominan, dan tingkat trofik (Y) dengan persentase substrat (X) pada kedalaman 10 m

Y / XMakroalgaTurf algae PasirKarang bercabangKarang masif
Sp. dominan0,03 tn0,01 tn0,02 tn0,06 tn0,04 tn
D. aruanus0,01 Tn0,23 tn0,01 tn0,01 tn0,04 tn
Pemakan alga0,48 ** (-)0,13 tn0,28 *(-)0,50 ** (-)0,49 ** (-)
Pemakan plankton0,26 tn0,35 * (-)0,13 tn0,24 tn0,30 * (-)
Pemakan bentik
Omnivora0,21 tn0,19 tn0,07 tn0,12 tn0, 17 tn
Karang lunak0,03 tn0,01 tn0,05 tn0,04 tn0,03 tn
Keanekaragaman jenis0,91 ** tn0,67 ** (+)0,99 ** (+)0,96 **(+)0,97 ** (+)
Jml individu0,01 tn0,12 tn0,00 tn0,00 *(+)0,02 tn

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian terlihat bahwa kelimpahan ikan-ikan ini bervanasi di antara 1okasi transek. Keanekaragaman jenis ikan pomacentrid ini lebih banyak dijumpai di kedalaman 3 m danpada di 10 m. Hal ini dimungkinkan karena dari hasil pengamatan tutupan substrat, kedalaman 3 m memiliki mtupan karang hidup dan vanasi mtupan substrat yang lebih tinggi danpada di kedalaman 10 m. Daft penelitian ini terlihat kelimpahan ikan meningkat sejalan dengan meningkamya mtupan karang hidup. Selain itu semakin kompleks ripe substrat semakin tinggi keanekaragaman jenis ikan yang ada. Keadaan ini nampaknya memberikan variasi yang besar untuk ternpat perlindungan dan tempat mencari makan. Hal ini sesuai dengan hasii penelitian LUCKHURST & LUCKHURST (1978 a) dan Mc MANUS et al. (1981) yang menyatakan adanya perbedaan dalam keanekaragaman jenis erat hubungannya dengan kerumitan substrat, dan kelimpahan ikan berkaitan erat dengan kerumitan topografi terumbu karang. Kehidupan yang majemuk di terumbu karang menyebabkan terjadinya persaingan di antara jenis dalam mendapatkan ruang hidup, karena sebagian besar ikan-ikan karang hidupnya sangat tergantung pada substrat sebagai tempat berlindung dan mencan makan. Banyak ahli berpendapat bahwa ruang adalah sumberdaya terpenting yang merupakan faktor pembatas utama bagi kelimpahan ikan di temmbu karang dibandingkan makanan (SALE 1980: CARPENTER et al. 1981 ). Pemilikan teritori sangat mempengaruhi penggunaan ruang. Menurut CARPENTER et al. (1981 ) variasi spasial berkaitan erat dengan kerumitan habitat secara topografi. Namun adanya spesialisasi makanan di antara ikan-ikan dapat mengurangi persaingan di terumbu (LUCKHURST & LUCKHURST 1978 b).

Dominasi ikan di suam tempat dapat ditentukan oleh kondisi perairan dan habitat yang sesuai bagi kehidupannya. Marga Pomacentrus merupakan marga kedua terbesar dari suku Pomacentridae. Ikan dari marga ini dikenal mempunyai kisaran yang luas terhadap kondisi lingkungan. Sementara itu, Dascyllus aruanus, yang dijumpai hidup dalam kelompok, adalah jenis ikan yang mempunyai sebaran terluas di antara marganya (ALLEN 1975). Banyak jenis dari ikan pomacentrid mempunyai preferensi khusus terhadap habitat. Kedua jenis ikan tersebut menyenangi daerah dimana banyak karang hidup tumbuh subur.

Perbedaan jumlah individu antar stasiun dapat disebabkan oleh adanya faktor-faktor biologi seperti tersedianya ruang tempat berlindung, cara mencari makan dan aktivitas hidup lainnya. LUCKHURST & LUCKHURST (1978 a) menjelaskan bahwa ada hubungan yang erat antara jumlah individu ikan dengan tipe turnpan dasar.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa jumlah individu berbeda nyata arttara kedua kedalaman. Dari pengamatan, hal ini diduga disebabkan perairan Selat Sunda yang menghadap ke laut terbuka mempunyai arus dan gelombang yang cukup besar, sehingga ikan-ikan cenderung turun ke tempat yang lebih dalam dimana arus dan gelombang relatif lebih tenang. Hal ini ada kaitannya dengan sebaran ikan, dan faktor penting yang mempengaruhi sebaran ikan antara lain adanya gelombang, sistem aliran arus, suhu air, tersedianya makanan dan perilaku (GOLDMAN & TALBOT 1976; WILLIAMS 1982).

Analisis regresi dari beberapa peubah terikat terhadap persentase tutupan dasar (sub@nn€ÈzBžðñ0 |óaË@laman 3 m, contohnya, D. aruanus dan ikan pemakan bentik mempunyai hubungan yang positif dan sangat nyata dengan persentase substrat (karang bercabang dan makroalga). Hal ini memang sesuai dengan sifat hidup ikan tersebut, yang membumhkan ruang hidup di antara cabang-cabang karang. Pemakan bentik dengan makroalga pun mempunyai hubungan yang erat, seperti terlihat dan kenyataan bahwa di dalam lambung ikan-ikan pemakan bentik ini ditemui adanya potongan alga. Sementara di kedalaman 10 m, keanekaragaman jenis berkorelasi positif dan sangat nyata dengan semua jenis substrat. Hal ini telah dijelaskan oleh banyak ahli bahwa kerumitan habitat adalah salah sam faktor yang mendukung keanekaragaman yang tinggi.

Dari pembahasan di ams dapat disimpulkan bahwa strukmr komunitas ikan di suam tempat akan cenderung mengikuti strukmr komunitas karang di tempat tersebut dan juga kondisi lingkungan setempat. Dari hasil penelitian ini dapat dikatakan perairan Selat Sunda yang relatif kurang mendapat tekanan masih memiliki kondisi terumbu karang yang baik, dengan segala kerumitan habitatnya, menyediakan berbagai macam ruang hidup bagi biota yang hidup subur di dalamnya.

DAFTAR REFERENS

ALLEN, G.R. 1975. Damselfishes of the South Seas. T.F.H. Publication, Neptune, New York: 240.

CARPENTER, K.E.; R.I. MICLAT; V.D. ALBALADE.10 and V.T. CORPUZ 1981. The influence of substrate structure on the local abundance and diversity of Philippine reef fishes. Proc. of the Fourth Int. Coral Reef Symp. 2:496-502.

FISHELSON, L., D. POPPER and A. AVIDOR 1974. Biosociology and ecology of pomacentrid fishes around the Sinai Peninsula (northern Red Sea). J. Fish Biol. 6: 119-133.

GOLDMAN, B. and EH. TALBOT 1976. Aspects of the ecology of coral reef fishes. In:Biology and ecology of coral reef fishes vol. III, Biology 2 (O.A. Jones and R. Endean, Eds.). Academic Press, New York: 154 pp.

HIATT, R.W. and D.W. STRASBURG 1960. Ecological relationship of the fish fauna on coral reefs of the Marshall Islands. Ecol. Monogr. 30 (1) 65-127.

LUCKHURST, B.E. and L. LUCKHURST 1978 a. Analysis of the influence of substrate variables on coral reef fish communities. Mar. Biol. 49: 317-323.

LUCKHURST, B.E. and L. LUCKHURST 1978 b. Diurnal space utilization in coral reef fish communities. Mar. Biol. 49: 325-332.

MC MANUS, J.W.; R.I. MICLAT and V.T. VALAGANAS 1981. Coral and fish community structure of Somrero Island. Batangas, Philippines. Proc. Fourth Int. Coral Reef Symp. 2: 271-280.

MONTGOMERY, W.L.; T. GERRODETTE and L.D. MARSHALL 1980. Effect of grazing by the yellowtail surgeonfish, Prionurus punctatus, on algal communities in the gulf of California, Mexico. Bull. Mar. Sci. 30 (4): 901-908.

RANDALL, J.E. 1983. Red Sea Reef Fishes. IMMEL Publishing, Londond@nn€ÈzBžðñ4 Ñ._ @y of fishes on coral reefs. Oceangr. Mar. Biol. Rev. 18: 367-421.

STEEL,R.G.D. and J.H. TORRIE.1960. Principles and procedures of statistics. Mc Graw Hill, New York: 481 pp.

SOKAL, R.R. anal-EJ. ROHLF 1969. Biometry. J.H. Freeman and Company, San Fransisco: 776

WILLlAMS, D. Mc. B. 1982. Patterns in the distribution of fish communities across the central

Great Barrier Reef. Coral Reefs 1: 35-43.


Published by LIPI, Jakarta, Indonesia


The following images related to this document are available:

Line drawing images

[li96003b.gif] [li96003a.gif]
Home Faq Resources Email Bioline
© Bioline International, 1989 - 2024, Site last up-dated on 01-Sep-2022.
Site created and maintained by the Reference Center on Environmental Information, CRIA, Brazil
System hosted by the Google Cloud Platform, GCP, Brazil